Minggu, 29 Juni 2008

"TOLERAN, TOLERANSI, TORPEDO, TORPEDIR, TOTAL PEOPLE'S DEGENCE, TOP SECRET"

Tahu menghargai paham yang berbeda dari paham yang dianutnya sendiri. Yang menghasilkan sebuah kesediaan untuk mau menghargai paham yang nyata berbeda dari paham yang dianutnya sendiri. Walaupun, terkadang banyak serangan bertubi-tubi, tiada-henti, terus-menerus, dan membabi buta. Dengan menggunakan sebuah alat berbentuk cerutu (diluncurkan dari kapal selam, pesawat udara dan lain-lain) untuk menghancurkan kapal musuh. Untuk tujuan menembak (menenggelamkan) dengan torpedo, dan menggagalkan dengan alasan-alasan yang tepat dan jitu. Padahal, tidak ada yang tahu bahwa serangan itu adalah sebuah pertahanan rakyat semesta. Walaupun Kehancuran, Kerusakan, dan Perpecahan yang sifatnya sangat rahasia sekali.

"MARSILIO FICINO (1433-1499)"

Ficino adalah salah satu perintis dan pendiri "Akademi" baru pada 1462. Ia menjadi tokoh sentral dalam gerakan kebangkitan kembali filsafat Neo-Platonisme di Italia. Di kota Firenze, khususnya filsafat Plato dipelajari dan dikagumi. Ficino menyelidiki masalah keindahan secara teoritis. Ia berpendapat bahwa "Dengan suatu konsentrasi yang mengarah pada inti batin", seorang seniman menciptakan karya seni yang kemudian diwujudkan secara konkret. Pandangan ini mengandung suatu dualisme yang bahkan tidak ditemukan dalam pemikiran Plato. Pandangan ini bahkan agak mendekati pemikiran Rasionalisme yang muncul di kemudian hari. Pemikiran Plato sebenarnya lebih dekat dengan pendekatan Eksistensial-Fenomenologis modern yang terfokus pada terjadinya intuisi seni dalam penciptaan karya seni ; dan juga mengutamakan kesinambungan pengamatan karya seni dengan munculnya rasa keindahan atau pengalaman estetis.

Minggu, 22 Juni 2008

"AHIMSA, AKSIOLOGI, AKADEMIKUS, AKOSMISME, DAN AKTING"

Tanpa kekerasan (a = tanpa), (himsa = kekerasan), hukum yang melarang membunuh makhluk, manusia atau binatang, karena didiami oleh jiwa yang tidak boleh diganggu. Ahimsa menjadi azas pengerahan M.K Ghandi di India. Dimana, dapat terbentuk dan bereaksi dengan cabang dari ilmu filsafat yang mempelajari. Nilai yang menentukan kelakuan manusia dengan perpaduan antara aliran idealisme dan aliran yang berpedoman pada praktek.

Demi sebuah tuntutan sebagai orang yang menuntut pelajaran diperguruan tinggi atau tamatan di Perguruan Tinggi. Untuk mempelajari dan menaklukkan suatu ajaran bahwa semua yang terlihat di dunia ini, sebagai tipuan dan khayalan belaka (Filsafat India dan ajaran Filsuf-filsuf ELEA, Yunani). Jadi, bagi filsuf-filsuf aliran ini tidak terwujudlah dunia ini pada hakekatnya. Sehingga, semuanya tidak tahu Siapa, Dimana, Kemana, Mengapa ? Semuanya saling membingungkan. Dan lupa tidak sadar, bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah permainan yang berlaku sebagai yang diperankan.

"LEON BATTISTA ALBERTI (1404-1472)"

Alberti adalah seorang arsitek, Pelukis dan ahli filsafat berkebangsaan Italia yang tulisan-tulisannya kental dengan semangat humanisme. Ia mengenal esensi estetika Yunani-Romawi lewat tulisan-tulisan Vitruvius dan Plinius. ia menyelediki syarat-syarat apa yang harus dipenuhi dalam karya Seni Lukis, Seni Pahat dan Arsitektur dari sudut pengolahan materi, yaitu suatu keseluruhan yang terdapat di antara segala bagian karya seni, dan dengan demikian menjadi satu kesatuan. Untuk menikmati keindahan sebuah karya seni, yaitu agar dapat menangkap keselarasan tersebut, si pengamat di tuntut memiliki "Cita rasa keindahan" (Sense Of Beauty).

Teori keindahan yang dikemukakan Alberti lebih sederhana dan langsung. Ia mendefinisikan keindahan, sehubungan dengan "Harmoni antar bagian-bagian". Definisi ini mengakibatkan keindahan menjadi identik dengan tingkat harmoni tertentu, bukan harmoni sebagai sebuah kondisi atau syarat bagi keindahan. Definisi Alberti bersifat obyektif, karena hanya merujuk pada properti benda-benda dan bukan pada kondisi pikiran si subyek. Ia memang mengajukan sebuah postulat tentang rasa keindahan khusus ( A Special Sense Of Beauty) dalam diri manusia, lewat mana keindahan itu ditangkap. Makna kata "Sense Of Beauty" menjadi sebuah konsep yang banyak dipakai pada estetika abad ke-18.

Menurut Alberti inspirasi seorang pelukis atau seniman harus bersumber pada alam, artinya dengan mempelajari alam secara matematis, maka perspektif ini akan sangat membantunya dalam menggambarkan alam secara benar. Perspektif yang benar akan sangat membantu mewujudkan karyanya secara benar pula. Di dalam ulasannya tentang karya seni, Alberti menggunakan istilah-istilah : Kesatuan, Keragaman, Keagungan, Kesempurnaan, Penemuan, Imajinasi, Fantasi, dan Caprice.

Minggu, 15 Juni 2008

"KREASI, KREATIF, KRITISISME UNTUK LOCOMOTOR ATOXIA"

Sebuah ciptaan, untuk mendapatkan sebuah kata yang bersifat mencipta, menjadikan suatu perwujudan (yang dapat dimanfaatkan atau dinikmati). Berdasarkan sebuah aliran yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan berasal dari pengalaman (Empiri). Kemudian diolah oleh Akal (Rasio). Antara fisik dan non fisik. Sampai-sampai, apa yang didapatkan hanyalah penyakit syaraf yang menyebabkan kehilangan kerjasama antara otot-otot yang diperlukan waktu berjalan.

"PENGETAHUAN ADALAH KEKUASAAN, FRANCIS BACON (1561-1626)"

Bacon bukanlah seorang filsuf, melainkan seorang sarjana hukum lulusan Trinity College of Cambridge ubiversity. Ia sempat menjadi anggota parlemen kerajaan Inggris pada 1584. Bacon sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan seperti : Bagaimana ilmu pengetahuan dapat diperbaharui ? Manakah metode yang tepat untuk suatu riset ilmiah ? Apakah tujuan ilmu pengetahuan ? Bagi Bacon, ajaran dan Aristoteles tidak banyak gunanya. Karena persoalannya bukan : mengalahkan lawan bicara dengan argumentasi logis, tetapi : menaklukkan alam lewat kerja. Jadi, bicaralah sedikit, namun bekerjalah banyak. Bagi Bacon, pengetahuan yang pantas diusahakan adalah pengetahuan yang bertujuan "Menguasai Alam" demi kepentingan manusia. Pengetahuan ini memberi kekuatan pada manusia untuk menjadi penguasa alam. Contohnya adalah penemuan mesin cetak, mesiu, dan kompas. Maka ia menyimpulkan bahwa semua ilmu pengetahuan harus diperbaharui metodenya.

Bacon menyatakan bahwa jika kita mau mencapai pengetahuan yang sejati, kita harus "Dimurnikan" dari segala macam "Berhala" (Idolae) yang secara deduktif akan menentukan pengetahuan kita. Untuk itu, Bacon memperkenalkan sebuah metode baru (Novum Organum) yang dapat membantu kita mencapai kebenaran ilmu pengetahuan. Metode itu adalah "Induksi". Bagi Bacon, induksi bukanlah sekedar generalisasi dari pelbagai hal khusus untuk memperoleh hal yang umum. Induksi adalah metode pengetahuan yang mengumpulkan membandingkan data-data hasil pengatamatan atas eksperimen-eksperimen yang kita buat, dan lewat proses generalisasi-lalu menghasilkan suatu pola atau prinsip umum. Induksi ala Bacon tidak berangkat dari sembarang data-data empiris yang dicerap oleh panca indera kita, melainkan menyeleksi terlebih dahulu hal-hal yang mau diselidiki, yang kemudian diolah secara metodis dan bertahap lewat eksperimen-eksperimen yang tujuannya telah ditetapkan. Dengan demikian, dalam induksi ini bekerja dua unsur dalam satu proses pengetahuan, yakni Pengalaman inderawi dan Akal Budi.

Dalam tulisan-tulisannya secara jelas, Bacon mengklasifikasikan puisi dan seni sebagai cabang ilmu pengetahuan. Dari ketiga wilayah ilmu pengetahuan, sejarah termasuk wilayah Akal-Budi (Reason) : dan puisi termasuk wilayah Imajinasi. Jika ingatan itu terkungkung dalam batasan-batasan fakta dan aktualitas, sedangkan imajinasi tidaklah begitu dibatasi, tetapi "justru dengan tidak terikat pada hukum-hukum materi, ia dapat dengan sesuka hati mengikuti apa yang sudah dibangun oleh alam, dan membangun apa yang telah diolah alam, dan dengan demikian membuat pasangan-pasangan yang tak beraturan, serta hal-hal yang berbeda".

Menurut Bacon, fungsi seni adalah mempresentasikan sebuah tiruan realitas (Simulacrum of Reality), tetapi seni memanfaatkan kekuatan imajinasi untuk menyampaikan tiruan dari realitas yang diubah dan disesuaikan dengan idealnya manusia, mengenai apa yang benar dan pantas, kemudian digarap hampir mendekati keinginan-keinginan manusia, sehingga menghasilkan realitas yang lebih menarik dari realitas sehari-hari dalam kehidupan aktual.

Minggu, 08 Juni 2008

"AUTHORITY, AUTORITAS, AUTO SUGESTI, DAN AUTODIDAK"

Wewenang atau kemampuan yang sah dari seseorang untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugasnya dapat dilaksanakan dengan berhasil. Berdasarkan sebuah kekuasaan batin yang diakui oleh orang lain, berdasarkan keikhlasan. Memilih dan memilah segala pilihan, dengan kekuatan kebebasan untuk menentukan sebuah pilihan memilih dan memilah diri sendiri dan orang lain.

Sugesti terhadap diri sendiri untuk mendidik diri sendiri tanpa bantuan orang lain (guru). Kemauannya keras untuk maju, mendorong semangat belajar dari membaca maupun penyelidikan-penyelidikan. Biasanya orang itu, berfikiran dan berpandangan maju dan terkemuka melebihi study di sekolah. Walaupun, terkadang banyak Cacian dan Makian, Positif dan Negatif, Saran dan Kritikan, Kebenaran dan Kejahatan, Kebencian dan Kasih Sayang, Kesedihan dan Kesenangan, Tragedi dan Romantisme, Dendam dan Pelampiasan, Bahkan Cinta dan Seks. Melebur, Membaur, Tercampur, dan membentuk Kolaborasi yang aneh penuh Realita dan Maya. Sampai-sampai rasanya pun, sudah lupa dengan rasa, apa itu ?

"Aku adalah Sekarang, Besok adalah Aku, dan Kemarin adalah Aku yang Sekarang untuk Aku, untuk Besok".

"PAX PHILOSOPHICA / FILOSOFIS PERDAMAIAN, PICO DELLA MIRANDOLA (1463-1494)"

Pico menjadi salah satu tokoh penting masa Renesans yang menekankan posisi khusus manusia di atas semua hal lainnya. Ia adalah seorang sarjana Hukum Gereja yang menekuni filsafat Klasik dan teologi Skolastik. Dari studinya atas filsafat dan teologi itu, Pico yakin bahwa ada banyak pandangan filsafat dan teologi yang bisa diselaraskan. Ia menyebutnya sebagai "Perdamaian Filosofis (Pax Philosophica).

Pico membandingkan pemikiran Abad Pertengahan dengan pandangan Renesans mengenai manusia. Abad Pertengahan meyakinkan bahwa kodrat manusia sebagai sesuatu yang tidak berubah. Mereka menentukan manusia itu lepas dari kaitannya dengan dunia dan dengan sesamanya. Yang dicari adalah sebuah prinsip metafisik yang mantap dan menjadi dasar tetap bagi ke-manusiaan-nya (mis."Esensi" atau "Eksistensi" manusia). Namun, pandangan Renesans menampilkan manusia sebagai makhluk yang berkembang, berubah-ubah, dan tidak tetap. Manusia adalah makhluk "terbuka". Dan akibatnya ia sendiri harus merancang dan mewujudkan kodrat atau hakikatnya sendiri, lewat tindakan moral-spiritual. Jadi, manusia menentukan dan menciptakan dunianya sendiri, bukan dunia atau lingkungan yang menciptakan dirinya.

Bagi Pico, Tuhan menciptakan manusia sebagai pencipta bagi dirinya sendiri ! Bagaimana bisa ? Dengan kebebasannya ! Manusia dengan kebebasannya itu dapat menentukan dirinya sendiri dan mewujudkan hakikatnya seperti yang ia kehendaki. Akan jadi apa manusia di kemudian hari, ditentukan oleh keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan bebasnya saat ini, yang ia jalankan sebagai miliknya sendiri. Manusia sebagai "Homo Faber" (Manusia Penghasil) mampu membentuk kekhasannya sendiri secara unik dan menakjubkan.

Minggu, 01 Juni 2008

"SCEPTICISME, SCEPTICUS, DAN SCEPTISCH"

Suatu aliran dalam filsafat yang beranggapan bahwa akal manusia itu tidak cakap untuk mengetahui sesuatunya dengan pasti. Dimana, orang yang menganut paham scepticisme, biasanya orangnya peragu, dan penyangsi. Meragukan sesuatu, baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bukan, membohongi diri sendiri. Bahkan menipu orang lain, karena keraguan dan kesangsian pada segala hal. Tak mudah percaya, dan tak pernah merasa puas. Kelaparan dan dahaga kehausan, adalah kenikmatan dan kepuasannya. Bahan bakunya, hanyalah penuh kebimbangan, dan penuh kesangsian.

Dimanakah Harapan itu dapat terlahir, di dalam sebuah Harapan ?

Manakah sebuah Kepastian itu ?

"HUMANISME ITALIA, FRANCESCO PETRARCA (1304-1374)"

"Menghendaki Yang baik itu lebih berharga daripada mengenal yang benar". Petrarca bukanlah seorang filsuf, melainkan seorang sastrawan Italia. Semula ia belajar hukum, namun kemudian ia mempelajari sastra klasik Yunani-Romawi. Selain menulis sajak, Petrarca juga menulis banyak karya, komentar atau ulasan, tentang budaya, sastra dan alam pikiran Yunani-Romawi. Karena itu, Petrarca dijuluki sebagai "Bapak Humanisme Italia". Humanisme zaman klasik itu menjadi orientasi dan inspirasi bagi seluruh gerakan Renesans.

Bagi Petrarca, seorang filsuf sejati adalah seorang filsuf yang sadar konteks. Karena filsafat itu, bukanlah seni kata-kata abstrak dan hampa, melainkan seni mengenai hidup yang baik dan keutamaan. Menurut Petrarca, Pengetahuan Skolastik yang semata-mata bersifat murni demi untuk pengetahuan itu sendiri, sebenarnya tidak berguna. Filsafat seharusnya bersifat praktis ada untuk manusia, bukan manusia untuk filsafat.

"Adakah sebuah perbedaan besar, apakah saya tahu tentang sesuatu atau : apakah saya mencintai sesuatu ; apakah saya memahani sesuatu atau : apakah saya mengusahakan sesuatu. Aristoteles mengajarkan apa itu keutamaan, namun ia kurang mengenal kata-kata yang dapat meyakinkan dan menyemangati orang ; kata-kata yang menggerakkan kita untuk meraih cinta ; kata-kata yang dapat menghidupkan dan mengobarkan api jiwa kita. Di pihak lain, yang terjadi adalah sebaliknya : tokoh-tokoh seperti Cicero dan Seneca sering kita jumpai kata-kata yang demikian itu"