Minggu, 25 Mei 2008

"STRIP-TEASE STRUGGLE FOR EXISTENCE, LIFE, HIGHLIFE"

Pertunjukkan tari telanjang. Sambil menari-nari mengikuti irama musik, maka penarinya melepaskan pakaiannya satu demi satu, dan pada akhirnya hanya tinggal celana dalam saja atau telanjang bulat sama sekali.

Nggak tahu malu, hina, rendahan, bahkan melecehkan. Tapi untuk sebuah nilai menjadi manusia yang utuh, untuk menentukan dirinya sendiri dan menjadi penakluk serta penguasa alam.

Sebuah perjuangan (pergulatan) untuk mempertahankan hidup. Ataukah, lebih jauh lagi untuk perjuangan (pergulatan) untuk kehidupan. Demi sebuah, usaha yang bertujuan supaya diterima masuk golongan masyarakat cabang atas (Sebagai ejekan).

Dimanakah Kita ?

Dimanakah Kita Berada ?

Dimanakah Kita ?

"ESTETIKA MASA RENAISANS"

Renaissance atau kelahiran kembali, berasal dari kata 're' (kembali) dan 'naissance' (lahir). Artinya masa kebangkitan kembali minat pada Yunani Kuno (Neo-platonisme). Filsafat Renaisans adalah filsafat yang membenarkan zamannya dan menaruh harapannya pada masa depan, pada kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri dan menjadi penakluk serta penguasa alam.

Apakah ini yang disebut sebagai dasar zaman modern ? ilmu pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau dogma-dogma gereja, juga bukan berasal dari kekuasaan fuedal, melainkan dari diri manusia sendiri. Di sini manusia benar-benar ditinggikan menjadi makhluk otonomi yang menentukan dirinya sendiri. Sebagaimana, pernyataan Protagonis "Homo Mensura" (Man, the measure of all things) yang berarti "manusia adalah ukuran bagi segala-galanya".

Minggu, 18 Mei 2008

"FRONT FRONTAL FRIVOLITAS FRUSTASI"

Garis depan, bagian terdepan dari medan pertempuran. Serangan-serangan yang dilakukan dari muka berhadap-hadapan dan secara terbuka. Mungkin, memang sangat berbahaya dan menantang. Hanya Sekarat, Koma, atau Mati pilihannya. Apalagi mendapat kesempatan untuk menjadi yang paling depan di sebuah medan pertempuran.

Terlebih lagi jika berhadapan dengan suatu perbuatan yang tidak bertanggung jawab yang cenderung ke arah hal-hal yang cabul. Seperti, apakah itu ? Apakah sebuah keindahan, atau jangan-jangan terbuai dengan keindahan. Memang, untuk melihat dan menikmati sebuah kesempurnaan ilahi. Mungkin, belum pantas ?

Hanya dapat merasakan suatu keadaan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh tindakan, tercapainya kepuasan atau suatu tujuan akibat adanya halangan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasan. Frustasi bisa dibayangkan sebagai kekecewaan yang membisul, ingin selalu meledak entah dalam bentuk apa saja menurut yang bisa. Asalnya ialah mempunyai kehendak, cita-cita atau kemauan yang terhalang, tak tercapai atau kandas ditengah jalan (dalam bahasa Jogjanya KAGOL). Dengan adanya itu maka ia kecewa dan untuk kompensasinya atau imbalannya, ia lalu berbuat atau bersikap agresif atau berbuat nekat (Kadang-kadang).

"ESTETIKA THOMAS AQUINAS"

Estetika adalah bagian atau cabang dari teologi. Dunia nyata sehari-hari sama dengan simbol dari yang ilahi. Karya seni adalah sebagai simbol atau image dari yang ilahi. Keindahan (beauty), bukanlah nilai yang independen, melainkan lebih sebagai percikan kebenaran (Splendor Veritatis) dari kesempurnaan ilahi, yakni Tuhan sendiri. Kata kuncinya adalah mengatasi dunia inderawi, menuju kontemplasi langsung kesempurnaan ilahi (Divine Perfection) keindahan sejati berada di wilayah Tuhan, ditangkap lewat intelek atau intuisi mistik. Estetika ini melawan konsep Naturalisme atau Kosmosentrisme Yunani Kuno.

Tiga syarat keindahan, itu harus mencakup tiga kualitas, yaitu :
1. Integritas atau kelengkapan (Integrity), artinya sempurna, tak terpecah, dan tak tersamai.
2. Harmoni, selaras, dan profesional (Harmony) : Keselarasan yang benar.
3. Kecemerlangan (Clarity) : Jelas, Terang, dan Jernih.

Pandangan Thomas ini sekaligus subyektif, namun sekaligus juga obyektif. Subyektif, artinya menyenangkan si Subyek, penonton : Obyektif berarti ada kriterianya : sempurna, proporsional, dan cemerlang (Terang).

Minggu, 11 Mei 2008

"HALUSINASI SPIRITUIL"

Pengamatan yang tidak punya rangsangan. Kita mengira melihat atau mendengar sesuatu, padahal sebenarnya tidak apa-apa. Perasaan diliputi khayalan, tidak pada tempatnya diikuti rasa bimbang. Jadi tidak terdapat perangsangan, tapi menyangka melihat atau mendengar sesuatu, padahal tidak ada apa-apa.

Apakah kita yang berhalusinasi, ataukah jangan-jangan kita adalah halusinasi mereka. Aku atau Kamu ? Ataukah aku dan kamu adalah halusinasi. Inikah sebuah kebenaran kerohanian atau hanya kemauan terhadap rohani kita.

Seolah berbicara sendiri, padahal sebenarnya ia merasa berbicara dengan orang lain (oleh-NYA).

"DASAR TEOSENTRISME THOMAS AQUINAS"

Akal membuat manusia mampu mengenali kebenaran dalam kawasan alamiah, itulah filsafat. Sedangkan Teologi memerlukan wahyu adikodrati dan iman. Dengan iman, pengetahuan yang tidak dapat ditembus oleh akal semata, dapat teratasi. Meskipun misteri ini melampaui akal, namun ia tidak bertentangan dengan akal. Ia tidak anti akal. Walaupun akal memang tak dapat menemukan misteri, akal dapat meratakan jalan yang menuju ke misteri.

Dari sini, Thomas membedakan dua pengetahuan yang tidak saling bertentangan, melainkan berdiri sendiri secara berdampingan, antara lain :
1. Pengetahuan Alamiah : Pengetahuan yang bertolak dari terang akal budi, dan sasarannya adalah hal-hal yang bersifat insani dan umum.
2. Pengetahuan Iman : Pengetahuan yang berpangkal pada wahyu adikodrati dan sasarannya adalah hal-hal yang diwahyukan Allah, disampaikan kepada kita melalui kitab suci.

karena itu, filsafat dan teologi dapat diibaratkan sebagai dua lingkaran, yang sekalipun yang satu berada di luar yang lain, bagian tepinya ada yang bersinggungan.

Minggu, 04 Mei 2008

"UPGRADING UNIFORMITAS"

Sebuah usaha ataupun peningkatan mutu barang atau mutu pengetahuan seseorang. Segala hal yang sudah atau telah ada, terkadang tidaklah cukup untuk diyakini dan dipercayai sebagai suatu hal yang dapat menambah dasar dari sebuah pemikiran. Mengenal sebuah ilmu, bahkan meyakini dengan percaya, bukanlah suatu hal yang tidak mudah. Bukan karena mengikuti dan bukan karena sebuah waris. Namun yang utama adalah pikiran yang wajib dan penuh kesadaran untuk menerapkan, melalui sebuah dasar pemikiran.

Dasar pemikiran itu pun, tidak hanya sekedar landasan utama dari apa yang dinamakan dengan pokok dari sebuah pikiran. Melainkan bagian terbesar dari sebuah pemikiran. Yang pada akhirnya, keyakinan tersebut harus teguh tegak tidak bimbang atau ragu. Mungkin, butuh keseragaman dari sebuah kesatuan bentuk pemikiran untuk memperkuatnya.

"ESTETIKA SKOLASTIK : THOMAS AQUINAS"

Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan teolog Abad Pertengahan Eropa terbesar. Ia juga seorang imam Dominikan yang hidup pada puncak zaman Skolastik (Abad ke-12 dan ke-13). Thomas Aquinas, dilahirkan pada tahun 1225 di Rocca Sicca dekat Napoli, Italia. Menjelang usia 20 tahun, ia bergabung dengan Ordo Dominikan dan menjadi murid Albertus Agung di Paris dan Koln. Setelah menyelesaikan studinya, ia mengajar teologi di universitas Paris dan di berbagai tempat lainnya di Italia. Ia meninggal pada usia 49 tahun (1274) di biara Fossanuova, dalam perjalanannya ke Konsili di Lyon. Saat ia meninggal dunia, ia meninggalkan banyak karya-karya tulisan. Dalam edisi modern, semua karya-karyanya dikumpulkan dalam 34 jilid. Karyanya yang utama adalah "Summa Theologiae I - III". Thomas Aquinas mengambil ajaran Aristoteles sebagai dasar pemikirannya, tetapi tanpa menyingkirkan ajaran-ajaran dasar Augustinus. Ia menunjukkan bahwa atas dasar kerangka pikiran Aristoteles, teologi Augustinus dapat diberi pendasaran yang lebih mantap.

Pengaruh pemikiran Thomas sangatlah besar. Berkat dia, Aristoteles menjadi sang filsuf di Barat sampai abad ke-17. Pendekatan Aristoteles yang bertolak dari realitas inderawi membuat ilmu-ilmu alam berkembang pesat, namun selama seribu tahun seolah-olah dilupakan orang di Barat dan menempatkan Eropa Barat pada jalur kerohanian yang akan menghasilkan budaya modernitas. Dimana pada saat itu, Ajaran-ajaran Aristoteles yang hampir dilupakan dan kurang dikenal di Eropa, menjadi terkenal berkat dua filsuf besar Islam, Ibnu Sina dan Ibnu Rushd, serta Maimonides, filsuf Yahudi termasyur di Abad Pertengahan yang tinggal di Kairo. Mereka ini yang memperkenalkan karya-karya Aristoteles ke Eropa. Yang pada akhirnya menjadi dasar pemikiran filsafat Thomas Aquinas.