Senin, 27 Oktober 2008

"REALITA, RECALL, RECHERCHEUR, RAZZIA, REAKSI, REAKSIONER, REAKSI PARANOID, REALISME, REALISASI, REALISIR, REFLEKS, REFLEKSI, REFLEKTIF, REFORMATIF"

Hal hakikat kenyataan untuk melakukan pemanggilan pulang atau penarikan kembali, sebagian mata-mata, polisi penyelidik, dan polisi rahasia. Yang, telah melakukan tugas penggerebekan, penggeledahan atau penangkapan, secara tiba-tiba oleh pihak para petugas khusus. Dimana, suatu tindakan atau jawaban perlawanan dari aksi. Waktu yang terdapat antara rangsangan dan reaksi disebut waktu reaksi, tersebut. Dilakukan untuk orang yang berhaluan kolot, orang yang tidak suka dengan pembaharuan-pembaharuan. Apalagi, dilengkapi dengan kecurigaan dan kebencian terhadap orang lain, tanpa didasari alasan yang jelas. Menuntut faham yang menghendaki segala serba kenyataan, adanya pelaksanaan dan perwujudan. Untuk, mewujudkan jadi kenyataan sebenarnya.

Gerakan spontan yang tidak disadari, terhadap suatu perangsang luar. Gerak ini sebagian besar, untuk melindungi diri dari bahaya. Menerima kesan-kesan yang diterima jiwa tentang keadaan diri sendiri. Yang mencerminkan, membayangkan, dan termenung. Untuk maksud memperbaiki atau memperbaharui. Dengan, sistem penerapan aliran dalam sosialisme yang mempergunakan cara-cara lunak dalam usahanya mencapai perbaikan susunan masyarakat. Sehingga, ulangan pada penutupan nyanyian, penutup lagu yang diulang menyanyikan pada setiap syairnya. Yang terdiri dari pasukan salah satu bagian yang berjumlah antara 2000-5000 orang dibawahi seorang Letnan Kolonel.

"DAVID HUME (1711-1776)"

David Hume dilahirkan di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Hume menghabiskan masa kecilnya di Ninewells, di daerah perumahan sederhana dekat sungai Whitadder yang berbatasan dengan daratan rendah di Berwick. Ayahnya meninggal setelah ulang tahun David yang kedua. Ibunya, Katherine Falconer Home menyadari bahwa David memiliki keterbukaan pemikiran yang tidak lazim. Ketika, kakaknya kuliah di Universitas Edinburg, David yang belum berusia 12 tahun ikut serta. Disana ia belajar metematika dan ilmu Alam. Ia juga banyak membaca sejarah dan filsafat baik yang tradisional maupun yang modern.

Keluarga Hume berpikir bahwa ia cocok untuk berkarir di bidang hukum, akan tetapi ia lebih senang membaca tulisan-tulisan klasik, khususnya karya Cicero. Hal ini sangat berbeda dengan kebijakan keluarganya yang menganut aliran Calvinisme fanatik. Dalam usahanya untuk menjadi seorang pemikir atau filsuf, ia mengikuti program ketat membaca dan mengaplikasikan selama 3 tahun sampai ia menemukan sebuah pencerahan pikiran.

Hume begitu gigih dalam mengembangkan visi pemikirannya, dan ditambah dengan sekolah yang terisolasi, sehingga dengan cepat badan fisiknya menjadi lemah. Ia lalu memperbanyak kegiatan fisik, termasuk mencoba bekerja di bidang bisnis, sebagai panjaga toko importir gula Bristol. Ia kemudian pindah ke Perancis, dimana ia hidup sederhana dan menetap di La Fleche, sebuah desa yang sepi di Anjou, yang terkenal dengan akademi Jesuitnya. Di tempat inilah, Descartes pernah belajar. Hume membaca buku-buku Perancis dan beberapa penulis lainnya, khususnya Malebranche, Dubois, dan Bayle. Di Perancis (1734-1737), Hume menulis karyanya yang terkenal, yaitu "A Treatise of Human Nature", sebuah risalah tentang kodrat manusia. Karya ini diterbitkan ketika Hume berusia 28 tahun, namun ia menyatakan bahwa gagasannya sudah ada ketika dia berusia 15 tahun.

"Though it be certain, that beauty and deformity, more than sweet and bitter are not qualities in objects, but belong entirely to the sentiment, internal or external ; it must be allowed that there are certain qualities in objects, which are fitted by nature to produce those particular feelings."

Pernyataan di atas menegaskan bahwa keindahan dan keburukan bukan terdapat di dalam obyek-obyek, melainkan adalah perasaan (Feelings). Perasaan ini, bukanlah sembarang perasaan, melainkan perasaan yang terkait dengan kodrat kanstitusi pikiran manusia pada "Kualitas-kualitas tertentu dalam obyek-obyek". Jadi, sekarang mungkin untuk membuat pertimbangan obyektif tentang keindahan, dalam arti bahwa persetujuan universal diantara subyek-subyek normal, itu mungkin. Tetapi, Hume tidak menjelaskan secara spesifik apa itu "Kualitas-kualitas tertentu dalam obyek-obyek". Menerima adanya variasi-variasi cita rasa tertentu yang dikarenakan oleh masalah usia dan temperamen. Tidak ada ukuran cita rasa yang dapat menentukan yang mana yang lebih baik.

Minggu, 19 Oktober 2008

"MUTASI, MUTATIS MUTANDIS, MAKELAR, GRAFIK, GRANT, GRIPIR, GRONWET, GRONDIG, GROSS WEIGHT, GRUPDYNAMICS, GUILLOTINE, GURKHA, HABIT THINKING, MYTHOS"

Perubahan perpindahan, pertukaran pegawai dan lain-lain. Dengan, perubahan-perubahan seperlunya. Yang dilakukan oleh orang atau badan hukum yang berjual beli Sekuritas atau barang untuk orang lain atas dasar komisi. Berbentuk gambar dengan garis-garis atau lain sebagainya untuk mengetahui dengan seksama tinggi rendah produksi, omzet, dan lain-lain, dalam jangka waktu tertentu dan diberikan cuma-cuma. Kepada Panitera atau pejabat pengadilan yang tugasnya membantu hakim dalam sidang dan membuat berita-berita sidang. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara, dengan seksama, mendalam serta teliti. Untuk mendapatkan berat kotor atau bruto.

Suatu hubungan perasaan yang saling mempengaruhi, dimana anggota suatu kelompok mengembangkan suatu pandangan yang sama atas dasar perasaan dan emosi yang sama-sama dialami. Untuk, menghadapi alat pememnggal kepala. Bagaikan Gurkha, suku bangsa Nepal yang gagah berani dalam berperang. Namun, tetap memiliki pemikiran rutin. Untuk, memecahkan dan memadatkan atau sebaliknya, sebuah cerita kuno mengenai bumi, langit, manusia, hewan, dan lain-lain. Yang dianggap bertuah dan dipercayai orang dari Mythos itu sendiri. Untuk mengetahui hakekat dari hal-hal tersebut. Dan menetapkan sikapnya terhadap gejala-gejala itu, atas dasar hasrat manusia untuk mempertahankan diri dan mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan.

"EDMUND BURKE (1728-1797)"

Edmund Burke menerbitkan bukunya tentang "Yang sublim dan Yang Indah". Setelah, pertengahan abad ke-18. Sumbangan terpenting dari buku ini adalah penjabaran teori tentang yang sublim secara lengkap. Ia memperlakukan yang sublim sebagai sebuah kategori, terpisah dari keindahan ; sebenarnya ia menganggap yang sublim itu bertentangan dengan keindahan. Pemisahan ini memberikan tegangan pada kesatuan teori cita-rasa abad ke-18.

Burke menolak teori tentang rasa-rasa Internal khusus dan mencoba menjadikan fenomena rasa senang dan rasa sakit yang biasa sebagai dasar bagi keindahan, serta yang sublim. Dia membedakan antara rasa senang positif dan rasa senang relatif, yang disebutnya sebagai "Delight". Rasa senang adalah akibat dari hilangnya rasa sakit atau antisipasi rasa sakit.

Kesenangan yang didapat dari keindahan adalah cinta (Kesenangan Positif), dan rasa senang ini, biasanya terkait dengan nafsu-nafsu yang berguna untuk pelestarian umat manusia. Kesenangan yang didapat dari yang sublim adalah "Delight" (Kesenangan Relatif", dan juga terjadi akibat hilangnya rasa sakit ; biasanya terkait dengan nafsu-nafsu yang berguna untuk pelestarian individu.

Burke berkata, "Yang Saya Maksud Dengan Keindahan Adalah Kualitas-kualitas Dalam Tubuh, Yang Dapat Menimbulkan Rasa Cinta, atau Yang Sejenis". Namun, kemudian ia mendefinisikan "Cinta" sebagai "kepuasan yang muncul pada pikiran, setelah merenungkan hal-hal yang indah". Yang sublim adalah apa saja yang menimbulkan rasa senang. Pengalaman akan yang sublim ditimbulkan oleh obyek-obyek yang tidak jelas atau yang berukuran luar biasa besar. Obyek-obyek demikian, biasanya mengancam serta menakutkan kita, namun jika dapat merenungkan obyak-obyek tersebut, tanpa rasa takut. Maka mereka akan dialami sebagai yang sublim. Bahkan, ketanpapamrihan juga memainkan peran penting dalam teori keindahan Burke, dan fungsinya lebih jelas dibandingkan Shaftesbury.

"We shall have a strong desire for a woman of no remarkable beauty ; whilst the greatest beauty in men, or in other animals, though it causes love, yet excites nothing at all of desire. Which shews that beauty, and the passion caused by beauty which I call love, is different from desire though desire may sometimes operate along with it" . . . (Burke : A Philosophical Enquiry into the Origin of our Ideas of the Sublime and Beautiful, p.163).

Burke membedakan antara cinta (Apresiasi Keindahan) dan keinginan untuk memiliki, yang mana dapat dikatakan cinta itu tanpa-pamrih. Namun tidak terdapat pertentangan yang niscaya diantara keduannya, malah seringkali keduanya dapat berjalan bersama.

Minggu, 12 Oktober 2008

"INTERIOR, INTERLINE, INTERAKSI, INTERNERINGSKAMP, INTERPELASI, INTEROGASI, INTERMEZZO, INTERN, INTERNASIONAL, INTEREST, INTERPRETASI, INTUISI"

Bagian dalam ruangan yang terdiri antara dua baris. Saling mempengaruhi antara 2 golongan di sebuah tempat orang-orang yang diasingkan (Di Internir). Untuk meminta penjelasan atau keterangan resmi. (terutama dalam Perlemen) pada Menteri atau Pemerintah. Dengan, mengajukan pertanyaan secara resmi, serta memeriksa seseorang oleh pihak penguasa dengan jalan mengajukan sejumlah pertanyaan (umumnya mengenai hal-hal yang dapat dianggap merongrong kewibawaan Pemerintah).

Selingan, penyimpangan dari perihal (perkara) yang sebenarnya (biasanya sesuatu yang dapat menyenangkan atau menggembirakan hati). Untuk menyelesaikan soal Intern soal dalam, yang terbatas dalam lingkungan sendiri saja, orang luar tidak boleh atau tidak usah campur tangan. Demi, sebuah sejagat yang terdiri atas bangsa-bangsa di seluruh dunia, kebiasaan yang terdapat pada bangsa-bangsa yang berkemajuan, sesuatu yang mengenai semua negeri. Untuk kepentingan atau perhatian hal yang tetap dalam kepentingan yang menarik hati. Berdasarkan, tafsiran atau sebuah penjelasan dan kesanggupan mengambil kesimpulan dengan tidak melalui proses berpikir. Secara intuisi, jadi sebagai digerakkan oleh Ilham. Untuk, menghadapi pembalikan dan susunan (kata) yang terbalik.

"FRANCIS HUTCHESON (1694-1746)"

Hutcheson mungkin merupakan tokoh yang paling mewakili estetika Inggris abad ke-18. Karena dengan Hutcheson doktrin-doktrin transisi telah selesai. Tidak ada lagi jejak transendentalisme Plato;teori estetikanya terfokus semata-mata pada fenomena inderawi, dan ketanpapamrihan berjalan secara mulus dalam konsepsinya tentang rasa.

Menurut Hutcheson kata "Keindahan" (beauty) bukanlah nama sebuah obyek transendal, juga bukan nama dari obyek yang kita lihat, dengar atau sentuh. "Keindahan" memberikan nama pada "ide yang muncul dalam diri kita". Artinya, ia merujuk pada sebuah obyek dalam kesadaran kita yang dibangunkan oleh persepsi atas obyek-obyek eksternal tertentu. Keindahan sudah menjadi sangat subyektif. Sekali pengalaman keindahan dikenali, penyelidikan dapat dibuat untuk mengetahui apakah ada ciri-ciri obyek persepsi yang mendorong untuk terjadinya pengalaman keindahan. Rumusan Hutcheson yang terkenal adalah "Uniformitas dalam Varietas", yakni kesatuan dalam keaneka-ragaman. Kadang kala ia merujuk "Kesatuan dalam Keragaman" sebagai keindahan, artinya penyebab keindahan. Apa yang dimaksud Hutcheson dengan "Ide Keindahan" adalah rasa keindahan itu sendiri.

Ketika Hutcheson berbicara tentang rasa keindahan, yang dimaksud adalah sebuah kemampuan yang membangunkan ide atau rasa keindahan dalam pikiran. Jika Shaftesbury menyatakan bahwa ada satu indera internal dengan beberapa fungsi Hutcheson berpendapat bahwa ada beberapa indera dengan fungsi-fungsi tunggal : rasa moral, rasa keindahan, rasa takjub, dsb. Namun, ia hanya membicarakan tentang rasa moral dan rasa keindahan. Indera-indera ini adalah indera-indera internal, artinya bahwa obyek-obyeknya pun juga internal, berbeda dengan indera-indera eksternal, seperti penglihatan, pendengaran yang obyeknya eksternal. Indera-indera internal sifatnya reaktif secara alamiah, bukan secara persepsi, yakni bahwa indera-indera ini bukanlah cara melihat dunia, seperti penglihatan dan pendengaran.

Seperti juga Shaftesbury, Hutcheson berusaha membantah teori psikologi Thomas Hobbes, yang mengatakan bahwa semua tingkah laku bersifat mementingkan diri. Menurut, Hutcheson alasan menyebut kemampuan mempersepsi keindahan sebagai rasa adalah bahwa kesadaran akan keindahan itu sifatnya langsung, artinya tanpa melalui pikiran. Pengalaman keindahan seperti merasakan asinnya garam atau manisnya gula. Hutcheson, berpendapat bahwa jika pengalaman keindahan bebas dari pikiran, serta kalkulasi otak, maka apresiasi estetis menjadi tanpa-pamrih. Misalnya, jika saya membuka mata dan melihat sebuah pensil merah, kesadaran akan kemerahan tidak terpengaruh oleh kepentingan-kepentingan diri, walaupun ada niat untuk melihat warna hijau, tetapi saya tidak dapat melakukannya.

Teori Hutcheson di desain agar pengalaman keindahan dan penilaian keindahan menjadi obyektif dengan mengikatnya pada kemampuan-kemampuan bawaan yang fundamental dari konstitusi diri manusia. Kemapuan-kemampuan ini tanpa-pamrih, karena mereka adalah indera-indera rasa yang tak gampang dipengaruhi. Seperti yang dikatakan Hutcheson, bahwa rasa keindahan itu sifatnya pasif;yakni ia bereaksi secara otomatis, dan rasa keindahan tidak berasal dari "Pengetahuan akan azas-azas, proporsi-proporsi, sebab-sebab, atau manfaat sebuah obyek.