Senin, 19 Januari 2009

"ESTETIKA PASCA - MODERNISME"

Pasca-modernisme melakukan pemisahan diri dari semua aliran-aliran utama filsafat setelah masa Pasca-pencerahan akal-budi (Post-Enlightenment). Bagi kaum pasca-modernis, cerita besar ('Meta-naratif')nya kaum pencerahan dan pemikiran Hegelian serta Marxisme telah kehilangan daya tariknya. Fenomenologi serta Eksistensialisme dicap sebagai salah satu bentuk humanisme atau filsafat nostalgia yang mengkukuhkan subyek. Manuver-manuver Derrida pada 'pinggiran' metafisika (Margin of Philosophy) pun gagal meyakinkan kaum pasca modernis. Sehingga tidaklah mengherankan bila sangat sulit untuk memberikan satu definisi langsung tentang Pasca-Modernisme. Selain perbedaan pendapat mengenai apa itu Pasca-Modernisme, aliran ini juga berkembang dalam beberapa sektor. Konteks yang terkait wacana tentang modernitas dan Pasca-Modernitas sangat luas. Wilayah-wilayah tersebut mencakup, antara lain : Wilayah sejarah, Sosiologi, Filsafat, Seni, Teori, Seni, Sastra serta kritik Sastra. Pasca-Modernisme memiliki konotasi yang berbeda, tergantung apakah ia termasuk masa sejarah, bentuk masyarakat, pendirian filosofis dan gerakan artistik atau seni. Dengan kata lain, Pascamodernisme itu tidak dapat dianggap sebagai perkembangan filosofis murni, namun lebih merupakan sebuah respons terhadap sejarah pemikiran Barat.
"I Can't go on, I must go on".
"Survival of the fittest".
"Systematically distorted communication".
Tanda menjadi sesuatu yang otonom, artinya tanda (Signifier) dilepaskan dari yang ditandai (Signified). Komunikasi yang sudah terdistorsi, dan ini akan menghasilkan kesadaran palsu (False Consciousness). Penyebabnya adalah 'Power' (kekuasaan). Dalam "Toward a Postmodern Literature" (1971), menegaskan bahwa 'Spirit Pasca-Modernisme terletak justru di dalam karya-karya besar Modernisme dan Pasca-Modernisme.

1 comments:

unixphoto mengatakan...

BERANI BARTER BANNER...???